Seperti itulah aku
Jika mawar yang begitu indah tangkainya bisa melukai, untuk apa kugenggam erat tangkainya.
Aku lelap dan terlarut bersama getiran kopi.
Aku tercipta tanpa tangkai, tanpa kelopak, tetapi dengan benang sari.
Jika mereka hanya bisa melihat kelopak yang indah saja, bagaimana denganku? Seakan tak ada yang melihat. Jika mereka hanya bisa menggengam tangkai, bagaimana denganku? Seakan tak ada yg menggenggam.
Jika sajak yang indah akan hadir dengan adanya luka, haruskah kuterluka hanya untuk membuat sajak yang sempurna?
Mampukah ku ciptakan sajak tanpa luka?
Bagaimana kabarmu pria bermahkota? Lesung pipimu sangat mengagumkan, kau tau jika diluar sana banyak sekali bunga yang sempurna menantimu? Seakan semut yang merindukan gula, berkerumunan memutari lubang bergotong royong membangun rumah, tapi mereka tak membangun rumah, mereka menantimu.
Kau tau, salah satu bunga itu sangat cantik. Dia memiliki segalanya, sedangkan aku hanya benang sari tanpa tangkai juga kelopak. Akankah kau bertahan denganku tanpa tangkai dan kelopak? Sedangkan hidupmu memerlukan itu. Kau membutuhkan dia sedangkan aku membutuhkanmu.
Seperti kucing yang berenang, susah payah, seperti itulah aku mencoba berdampingan denganmu. Jika kaktus mampu bertahan di gurun yg sangat gersang dengan rasa panas, seperti itulah aku bertahan dialam sempurnamu. Ku harap kau tak pernah perduli dengan bunga yang sempurna.
Komentar
Posting Komentar